Pensil Warna
Aku suka sekali menggambar. Suatu ketika saat aku masih di sekolah dasar, temanku ini mempunyai pensil warna. Aku juga punya sih, tapi dia orangnya sangat ceroboh. Pensil warnanya selalu tersenggol di mejanya ketika dalam keadaan terbuka penutupnya, lalu akhirnya berserakan di lantai kelas. Aku yang di sebelahnya selalu membantunya dan bergumam kesal ketika ia menjatuhkannya. Kemudan ia selalu minta maaf akan hal itu. Yah, tidak apa-apa. Lalu waktu istirahat pun tiba. Aku sudah menikmatinya hingga ketika ku balik ke kelas dan isinya hanya aku seorang, kembali lagi aku melihat serakan pensil warna itu. Saking kesalnya aku bereskan dan kusimpan di dalam tasku. Aku cekikan, ingin iseng sekali-kali kepadanya. Ketika ia kembali, wajahnya panik tidak menemukan pensil warna di mejanya. Ia bertanya ke sana sini jawabannya nihil, iyalah orang ada di aku. Lalu ia pun pergi meninggalkan kelas, dan kembali dengan menangis bersama ibunya. Oh Tuhan, aku lupa ibunya itu galak! Ibunya marah-mar