PENTINGNYA SOFTSKIL MEURUT PARA AHLI
PENTINGNYA SOFTSKILL UNTUK ANAK
Pengertian
Soft Skills adalah Menurut Illah Sailah dalam I Nyoman Sucipta (2009:1), Soft skills adalah kunci menuju hidup
yang lebih baik, sahabat lebih banyak, sukses lebih besar, kebahagiaan yang
lebih luas, tidak punya nilai, kecuali diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
baru bernilai. Soft skills yang
dimiliki oleh setiap orang dengan jumlah dan kadar yang berbeda-beda yang
dipengaruhi oleh kebiasaan berfikir, berkata, bertindak dan bersikap.
1.
Definisi
Soft Skills Menurut Para Ahli
Selain
itu, I Nyoman Sucipta (2009:8) menyampaikan bahwa, soft skills adalah skills yang
berkaitan dengan hubung nantar manusia,
seperti bagaimana melakukan conflict
resolution, memahami personal
dynamics, dan melakukan negosiasi.
Widhiarso (2009:1)
mengatakan, Soft skills adalah
seperangkat kemampuan yang mempengaruhi bagaimana kita berinteraksi dengan
orang lain. Soft skills memuat
komunikasi efektif, berpikir kreatif dan kritis, membangun tim, serta kemampuan
lainnya yang terkait kapasitas kepribadian individu. Tujuan dari pelatihan soft
skills adalah memberikan kesempatan kepada individu untuk mempelajari perilaku
baru dan meningkatkan hubungan antar pribadi dengan orang lain.
Sedangkan
Coates dalam Muh. Rais (2010:3) menyatakan, Soft
skills merupakan jalinan atribut personalitas baik intra- personalitas maupun
inter-personalitas. Intra-personalitas merupakan keterampilan yang dimiliki
seseorang dalam mengatur dirinya sendiri, seperti manajemen waktu, manajemen
stress, manajemen perubahan, karakter transformasi, berpikir kreatif, memiliki
acuan tujuan positif, dan teknik belajar cepat. Sementara inter-personalitas
merupakan keterampilan berhubungan atau berinteraksi dengan lingkungan kelompok
masyarakatnya dan lingkungan kerjanya serta interaksi dengan individu manusia
sehingga mampu mengembangkan unjuk kerja secara maksimal, kemampuan memotivasi,
kemampuan memimpin, kemampuan negosiasi, kemampuan presentasi, kemampuan
komunikasi, kemampuan menjalin relasi, dan kemampuan bicara dimuka umum. Keunggulan
dari kedua karakteristik personal ini akan membedakan seseorang dengan orang
lain ketika berinteraksi dalam lingkungannya.
Seorang
guru memperoleh prestasi pada waktu masih dibangku kuliah bukan sebagai jaminan
suksesnya seorang guru di dalam kelas dengan peserta didik yang menjadi
komponen mutlak di kelas tersebut. Seorang peserta didik akan menilai
kesuksesan seorang guru dalam proses belajar mengajar dari dampak yang
dirasakan oleh dirinya apakah berdampak positif atau negatif terhadap cita-cita
yang diinginkan peserta didik tersebut.
Seorang
guru dikatakan sukses oleh orang tua/wali peserta didik dari prestasi anaknya
apakah berbanding lurus atau terbalik dengan prestasi gurunya. Hal ini sesuai
dengan yang dikemukakan oleh Widhiarso (2009:1), mengatakan bahwa sukses di
dalam sebuah pekerjaan tidak hanya bergantung kepada rasio dan logika individu
tetapi juga kapasitas kemanusiannya. Kemampuan yang dimiliki manusia dapat
diibaratkan sebagai Gunung Es (Ice Berg)
yang nampak di luar permukaan air ialah kemampuan Hard Skill/Technical Skill, sedangkan kemampuan yang berada di
bawah permukaan air dan memiliki porsi yang paling besar ialah kemampuan Soft Skill. Soft skill merupakan
kemampuan yang tidak tampak dan seringkali berhubungan dengan emosi manusia.
Elfindri,
(2010:67), mengatakan soft skill
merupakan keterampilan dan kecakapan hidup, baik untuk sendiri, berkelompok,
atau bermasyarakat, serta dengan sang pencipta. Selebihnya dengan mempunyai
soft skills membuat keberadaan seseorang akan semakin terasa di masyarakat.
Keterampilan akan berkomunikasi, keterampilan emosional, keterampilan bahasa,
keterampilan berkelompok, memiliki etika dan moral, santun, dan keterampilan
spriritual.
Pengertian lain
tentang soft skills disampaikan
oleh Djoko Hari Nugroho (2009:118), Soft skills merupakan jenis ketrampilan yang lebih banyak terkait
dengan sensitivitas perasaan seseorang terhadap lingkungan di sekitarnya.
Karena soft skills terkait dengan
ketrampilan psikologis, maka dampak yang diakibatkan lebih abstrak namun tetap
bisa dirasakan seperti misalnya perilaku sopan, disiplin, keteguhan hati,
kemampuan untuk dapatbekerja sama, membantu oranglain, dan sebagainya. Konsep soft skills merupakan istilah sosiologis
yang merepresentasikan pengembangandari kecerdasan emosional (emotional
intelligence) seseorang
yang merupakan kumpulankarakter
kepribadian, kepekaan sosial, komunikasi, bahasa, kebiasaan pribadi, keramahan,
dan optimisme yang menjadi ciri hubungan dengan orang lain. Soft skills melengkapi hardskills, dimana hardskills merupakan representasi dari potensi IQ seseorang terkait dengan persyaratan teknis pekerjaandanbeberapakegiatanlainnya.
Soft skills
memiliki banyak manfaat, misalnya pengembangan karir serta etika profesional.
Dari sisi organisasional, soft skills memberikan dampak terhadap kualitas
manajemen secara total, efektivitas institusional dan sinergi inovasi. Esensi soft skills adalah kesempatan. Lulusan
memerlukan soft skills untuk membuka dan memanfaatkan kesempatan.
Pentingnya
soft skills tentunya dapat dilihat
dari manfaat yang dirasakan oleh mahasiswa, mahasiswa yang memiliki kepercayaan
diri yang tinggi tentu tidak hanya karena memiliki hard skills yang mumpuni
melainkan memiliki kepribadian yang berkaitan dengan soft skills yang baik. Illah
Sailah (2008) menyampaikan bila sejak awal mahasiswa dibekali dengan
pengetahuan tentang soft skills yang cukup dan bahkan sudah terbiasa
mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari maka peluang mereka untuk menjadi
orang sukses di masyarakat akan semakin besar. Perlu banyak contoh yang
mahasiswa lihat di lingkungan perguruan tinggi. Contoh ini mulai dari pimpinan
perguruan tinggi, dosen dan para staf penunjang yang menjadi frontliners yang
berhubungan langsung dengan mahasiswa. Jika mahasiswa terbiasa diperlakukan
baik dan terhormat, lambat atau cepat mereka akan menjadi pelayan yang baik di
masyarakat. Inilah yang dimaksud dengan penularan yang paling sederhana.
Secara
singkat soft skills dapat disimpulkan
bahwa kemampuan yang dimiliki seseorang, yang tidak bersifat kognitif, tetapi
lebih bersifat afektif yang memudahkan seseorang untuk mengerti kondisi
psikologi diri sendiri, mengatur ucapan, pikiran dan sikap serta perbuatan yang
sesuai dengan norma masyarakat, berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungan
sehingga individu tersebut dapat beradaptaasi. Meskipun soft skill yang dibutuhkan seseorang berbeda antara satu profesi
dengan yang lain, pada dasarnya soft
skills tidak terikat dengan budaya, karena soft skills itu bersifat
universal.
Elemen Soft Skill
Soft skills
memiliki beberapa komponen yang saling berkaitan antara satu dan yang lainnya.
Komponen tersebut seperti rangkain organ yang membentuk sistem organ dalam
tubuh yang memiliki fungsi/tugas tertentu, saling berkaitan, dan saling mendukung
antara yang satu dengan lainnya. Hal ini senada dengan yang disampaikan oleh
Sharma dalam I Made S. Utama dkk, (2010:3), menyebutkan bahwa soft skills
adalah seluruh aspek dari generic skills yang juga termasuk elemen-elemen
kognitif yang berhubungan dengan non-academic skills. Ditambahkan pula bahwa,
berdasarkan hasil penelitian, tujuh soft skills yang diidenfikasi dan penting
dikembangkan pada peserta didik di lembaga pendidikan tinggi, meliputi;
keterampilan berkomunikasi (communicative
skills), keterampilan berpikir dan menyelesaikan masalah (thinking skills and Problem solving skills),
kekuatan kerja tim (team work force),
belajar sepanjang hayat dan pengelolaan informasi (life-long learning and Information management), keterampilan
wirausaha (entrepreneur skill),
etika, moral dan profesionalisme (ethics,
moral and professionalism), dan keterampilan kepemimpinan (leadership skills). Sharma mentabulasi
elemen soft skills yang harus dimiliki dan baik dimiliki seperti ditunjukkan
pada Tabel 1. Masing-masing soft-skills di dalamnya berisikan sub-skills yang
dapat dikategorikan sebagai skills yang secara individu sangat dibutuhkan (must
have) dan kategori sebagai skills yang baik untuk dimiliki (good to have).
Tabel
1. Elemen Soft Skills yang harus dan Baik untuk dimiliki (Sharma, 2009) dalam I
Made S. Utama dkk:
Selain
itu Widhiarso (2009:3), menjelaskan beberapa jenis soft skills yang terkait
dengan kesuksesan dalam dunia kerja berdasarkan dari hasil-hasil penelitian,
adalah sebagai berikut:
1. Kecerdasan
Emosi, melalui penelitian yang intensif Goleman (1998) menemukan bahwa
kesuksesan seseorang tidak hanya didukung oleh seberapa smart seseorang dalam
menerapkan pengetahuan dan mendemonstrasikan keterampilannya, akan tetapi
seberapa besar seseorang mampu mengelola dirinya dan interaksi dengan orang
lain. Keterampilan tersebut dinamakan dengan kecerdasan emosi. Terminologi
kecerdasan Emosi diperkenalkan pertama kali oleh Salovey dan Mayer untuk
menyatakan kualitas-kualitas seseorang, seperti kemampuan memahami perasaan
orang lain, empati, dan pengaturan emosi untuk meningkatkan kualitas hidup
(Gibbs, 1995). Kecerdasan emosi juga meliputi sejumlah keterampilan yang
berhubungan dengan keakuratan penilaian tentang emosi diri sendiri dan orang
lain; dan kemampuan mengelola perasaan untuk memotivasi, merencanakan, dan
meraih tujuan hidup.
2. Gaya
Hidup Sehat, Marchand dkk (2005) menemukan bahwa uang jutaan dolar terbuang
oleh institusi dan masyarakat karena faktor minimnya produktivitas, pelayanan
kesehatan, kecelakaan kerja dan pegawai yang absen dalam bekerja. Pendukung
utama dari sekian indikator tersebut adalah gaya hidup individu yang tidak
sehat. University of Central Florida memasukkan tema gaya hidup sehat ini
sebagai target pengembangan soft skills bagi mahasiswa mereka. Topik yang
diangkat dalam pengembangannya memuat nutrisi, manajemen stres, pengelolaan
waktu, cultural diversity, dan penyalahgunaan obat terlarang. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa gaya hidup yang sehat mempengaruhi tingginya ketahanan, fleksibiltas
dan konsep diri yang sehat yang mempengaruhi tingginya partisipasi dalam
komunitas.
3. Komunikasi
Efektif, Cangelosi dan Petersen (1998) menemukan bahwa banyak kegagalan siswa
di sekolah, masyarakat dan tempat kerja diakibatkan rendahnya keterampilan
dalam berkomunikasi. Selain keterampilan komunikasi berperan secara langsung,
peranan tidak langsung juga ditemukan. Secara tidak langsung keterampilan
komunikasi mempengaruhi tingkat
kepercayaan diri dan dukungan sosial yang kemudian
dilanjutkan pengaruhnya ke kesuksesan.
4.
Menurut
Illah Sailah dalam Panduan Pengembangan Soft Skills Mahasiswa (2010:2),
berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh negara-negara Inggris, Amerika dan
Kanada terdapat 23 atribut soft skills yang mendoninasi lapangan kerja. Ke 23
atribut tersebut diurutkan berdasarkan prioritas kepentingan di dunia kerja,
yaitu:
1) Inisiatif
2) Etika/ integritas
3) Berpikir kritis
4) Kemauan belajar
5) Komitmen
6) Motivasi
7) Bersemangat
8) Dapat diandalkan
9) Komunikasi lisan
10) Kreatif
11) Kemampuan analisis
12) Dapat mengatasi stress
13) Menejemen diri
14) Menyelesaikan persoalan
15) Dapat meringkas
16)Berkompetensi
17)Fleksibel
18)Kerja
dalam tim
19)Mandiri
20)Mendengarkan
21)Tangguh
22) Beragumentasi logis
23) Manajemen waktu
Menurut
Purwandari ( 2007:11 ) komponen soft skills meliputi :
1. Etoskerja,
yaitu dapat mngikutiinstruksi yang diberikan sasaran atasanatau supervisor.
2. Sopan
santun, yaitukebiasaanmengucapkan “silakan, terimakasih, maaf”
bolehkan sayamembantuandadlmberhubungan dengan customer, supervisor,
dankolega?” yaitu kemampuan untuk berbagi tanggungjwab, saling memberi dengan
orang lain, komitmen pada rasa hormat, sling membantuuntuk mengerjakan tugas,
danmencari bantuan jika diperlukan.
3. Disiplin
dan percaya diri yaitu kemampuan mengatur tugas- tugas untuk performance yang lebih baik, belajar
dari pengalaman, bertanya dan mengoreksi
kesalahan, mampu menyerap kritik dan petunjuk tanpa persaan bersalah, marah dan
benciatau merasa terhina.
4. Penyesuaian
diri terhadap norma-norma, yaitu kemampuanuntuk mangturcara berbusana, rapi,
bahasatubuh, nada bicara, dan pemilihan kata” sesuai dengan bagian budaya kerja.
Elemen
atau komponen tentang soft skills memang sangat kompleks, hampir semuanya
tentang karakter yang ada pada diri manusia, seperti halnya yang disampaikan
oleh Elfindri, dkk (2010: 95) mengatakan, unsur-unsur soft skills yang membuat
sempurna adalah
1) Taat beribadah,
2) Ketrampilan berkomunikasi,
3) Terbentuknya sifat tanggungjawab,
4) Kejujuran dan tepat waktu,
5) Pekerja keras,
6) Berani mengambil resiko,
7) Terbiasa bekerja kelompok,
8) Berketerampilan rumah tangga, dan
9) Visioner.
Selanjutnya
hasil survei yang dilakukan Ikatan Alumni UNY terhadap alumni pada tahun 2007
dalam Panduan Pengembangan Soft Skills Mahasiswa UNY (2010:3) menyimpulkan
bahwa, sebagian besar (98,60%) alumni menyatakan bahwa atribut soft skills
sangat dibutuhkan di dunia kerja. Atribut soft skills yang dibutuhkan di dunia
kerja tersebut antara lain, kemampuan interpersonal, cara berpikir kritis,
kerjasama dalam tim, kepercayaan diri, kreativitas, komitmen, etika diri,
disiplin, dan motivasi. Sebagian alumni menyatakan bahwa atribut soft skills
tersebut sangat dibutuhkan dalam dunia kerja.
Peran Soft Skils
Soft
skill yang baik tentunya akan berpengaruh terhadap mahasiswa dimanapun dia
berada, selain itu soft skills juga merupakan investasi jangka panjang yang
bermanfaat bagi masa depan mahasiswa. Realitas menunjukkan bahwa ketercapaian
Indeks Prestasi (IP) baru bisa menggambarkan kualitas seseorang dalam aspek
kognitif dan belum bisa menunjukkan kualifikasi seseorang dalam bidang soft
skills atau disebut juga dengan keterampilan sosial (Tarmidi, 2010:317).
Riset
peranan soft skillsMitsubishi Riset Institute pada tahun 2000 yang dikutip oleh
Elfindri, dkk (2010:74) mempublikasikan hasil kajian tim risetnya bahwa
kesuksesan lulusan ternyata tidak ditentukan oleh kemampuan teknis dan
akademis/hard skills, melainkan 40% kematangan emosi dan sosial; 30% proses
menjalin networking; 20% kemampuan akademis; dan 10% kemampuan finansial yang
dimiliki.
Menurut
I Made S. Utama dkk, (2010:5) menyampaikan bahwa soft skills sangat diperlukan
dalam pemanfaatannya di dalam perencanaan dan proses pencarian pekerjaan
(wawancara oleh pemberi pekerjaan) dan kesuksesan meniti karir dalam
pekerjaanya. Ini mengindikasikan bahwa soft skills menentukan kecepatan lulusan
mendapatkan pekerjaan, selain didukung
oleh hard skillnya. Hal ini juga sejalan yang disampaikan oleh Illah Sailah
(2008) bahwa yang membawa atau mempertahankan orang di dalam sebuah kesuksesan
di lapangan kerja yaitu 80% ditentukan oleh mind set yang dimilikinya dan 20%
ditentukan oleh technical skills. Kemudian Hakim dalam Tarmidi (2010:2)
memberikan gambaran mengenai persentase kemampuan seorang mahasiswa yang
diperoleh dari kampus mereka. Berdasarkan data yang diadopsi dari Harvard
School of Business, kemampuan dan keterampilan yang diberikan di bangku
perkuliahan, 90 persen adalah kemampuan teknis dan sisanya soft skills. Dengan
demikian jelas bahwa kemampuan soft skills yang dimiliki sangat dibutuhkan
mahasiswa setelah mereka lulus untuk mendapatkan kesuksesan dalam dunia kerja
yaitu menjadi seorang guru yang kompeten dan berkualitas.
Pengukuran Soft Skills
Wahyu
Widhiarso (2009:3), menyampaikan bahwa Soft skills lebih didominasi oleh
komponen kepribadian individu sehingga prosedur pengukurannya sedikit berbeda
dengan pengukuran komponen abilitas individu. Oleh karena itu pengukuran soft
skills akan mengarah pada karakteristik yang sifatnya internal dan manifest
pada diri individu seperti dimensi afektif, motivasi, interes, atau sikap.
Pengukuran kepribadian terbagi menjadi dua jenis yaitu pelaporan diri
(self-report) dan proyeksi (projective).
Komponen
kepribadian yang tercakup dalam soft skills menunjukan bagian-bagian yang
berbeda tetapi saling berkaitan. Dengan kenyataan ini, maka perlu pengukuran
secara intensif yang perlu dikembangkan. Berikut ini adalah pengukuran soft
skills menurut Wahyu Widhiarso (2009:3),
diantaranya:
1. Self
Report
Sebagaimana
tes yang diartikan sebagai sekumpulan sampel respon yang menunjukkan atribut
ukur pada diri individu, pengukuran soft skills juga menghasilkan sejumlah
respon dari individu yang menunjukkan tingkat soft skills yang dimiliki. Self
report merupakan sekumpulan stimulus berupa pernyataan, pertanyaan atau daftar
deskripsi diri yang direspon oleh individu. Pernyataan merupakan turunan dari
domain ukur yang sifanya teoritik konseptual setelah melalui proses
operasionalisasi menjadi indikator-indikator. Setelah domain ukur dan indikator
telah ditetapkan, proses penyusunan instrumen pengukuran selanjutnya adalah
penulisan item (wording). Misalnya mengukur tingkat ekstraversi individu
diwujudkan melalui pernyataan “Saya senang bisa berinteraksi dengan banyak
orang” atau “Saya lebih suka bekerja sama dibanding dengan bekerja sendirian”.
Item ini kemudian direspon dengan kontinum dari sangat setuju sampai sangat
tidak setuju. Proses penulisan item ini merupakan seni tersendiri yang
membutuhkan kepekaan dalam membahasakan indikator empirik perilaku individu.
2. Checklist
Checklist
adalah jenis alat ukur afektif atau perilaku yang memuat sejumlah indikator,
biasanya kata sifat atau perilaku yang diisi oleh seorang penilai (rater).
Checklist lebih banyak dipakai untuk mengukur aspek psikologis yang tampak
(overt), misalnya perilaku.
3. Pengukuran Performansi
Pengukuran
performansi merupakan pengukuran terhadap proses atau hasil kinerja individu terhadap
tugas yang diberikan. Penyekoran dilakukan peneliti berdasarkan rubrik yang
telah dibuat sebelumnya.Rubrik merupakan panduan penyekoran yang memuat
kriteria performansi.Penyekoran dapat dilakukan ketika subjek sedang bekerja
atau hasil pekerjan yang diberikan.
Daftar Pustaka
Makalah Soft Skills
I Nyoman Sucipta. (2009). Holistik Soft
Skills. Denpasar: Udayana University Press
Widhiarso.
(2009). Soft Skills Mahasiswa. Diakses dari http://widhiarso.staff.ugm.ac.id.
Pada tanggal 19 September 2013.
Muh
Rais. (2010). PROJECT-BASED LEARNING: Inovasi Pembelajaran yang Berorientasi
Soft skills.Diakses dari http://digilib.unm.ac.id. Pada tanggal 21 Januari
2013, jam 20.34 WIB.
Elfindri,
dkk. (2010). Soft Skills untuk Pendidik. Bandung: PT. Baduose Media.
Nugroho
Djoko Hari, (2009). Integrasi Soft Skills pada Kurikulum Prodi Elektronika
Instrumentasi-STTN untuk Persiapan SDM PLTN. Yogyakarta: Seminar V SDM
Teknologi Nuklir. Diakses dari http://jurnal.sttn-
batan.ac.id/wp-content/uploads/2010/03/A-14_ok.pdf. Pada tanggal 21 September
2013.
Sailah
Illah. (2008). Lesson from the Top. Diakses dari
http://illahsailah.wordpress.com. Pada tanggal 21 September 2012.
I
Made S.Utama, dkk. (2010). Konsep Pengembangan Panduan Evaluasi Pengembangan
Soft skills Mahasiswa Melalui Proses Pembelajaran di Universitas Udayana.
Diakses dari http://staff.unud.ac.id. Pada tanggal 19 September 2013.
Tarmidi.
(2010). Pengaruh Penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi (Kbk) terhadap Soft
Skills Mahasiswa. Diakses dari http://repository.usu.ac.id. Pada tanggal 21
September 2012.
http://kebugarandanjasmani.blogspot.com/2015/12/pengertian-soft-skills-mahasiswa.html
Komentar
Posting Komentar